Persepsi dan Konsepsi Diri Dalam Komunikasi
PENGERTIAN PERSEPSI DALAM KOMUNIKASI
Mengenai
pengertian persepsi, Rakhmat merumuskan bahwa persepsi adalah pengalaman
tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yamg diperoleh dengan
menyimpulkan informasi, dan menafsirkan pesan. Dalam pengertian lain yang
dikemukakan oleh Robert A. Baron dan Paul B. Paulus persepsi adalah proses
internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan
rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita.
Sebenarnya
kita tidak pernah punya kontak langsung dengan realitas dikarenakan segala
sesuatu yang akan kita alami adalah hasil dari sistem syaraf kita. Tiap-tiap
individu memiliki penafsiran yang berbeda terhadap apa yang dialaminya karena
adanya filter yang menyaring informasi yang kita terima dari situasi dan
kondisi yang sedang berlangsung saat itu. Filter tersebut ditentukan, antara
lain oleh sikap, pengetahuan, nilai-nilai, keyakinan, ekspektasi, bahasa dan
pendidikan. Misalnya, ada dua individu yang berbeda tingkat pendidikan,
ekspetasi, dan sikap membaca berita-berita kriminalitas di koran. Persepsi
mereka atas dunia tentunya akan berbeda. Individu yang satu memandang dunia
menjadi semakin tidak aman, sehingga kriminalitas terjadi di mana-mana. Sedangkan
individu yang satu lagi mempersepsi apa yang tampil di koran itu tidak
mencerminkan keadaan, melainkan hanya melaporkan peristiwa yang dipandang akan
menarik perhatian pembaca.
Untuk
lebih memahami persepsi, ada definisi lain dari persepsi yang dikemukakan oleh
beberapa ahli, yaitu:
1. Brian
Fellows:
Persepsi
adalah proses yang memungkinkan suatu organisasi menerima dan menganalisis
informasi.
2. Kenneth
K. Serena dan Edward M. Bodaken:
Persepsi adalah sarana
yang memungkinkan kita memperoleh kesadaran akan sekeliling lingkungan kita.
3. Philip
Goodacre dan Jennifer Follers:
Persepsi adalah proses
mental yang digunakan untuk mengenali rangsangan.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Persepsi
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, baik faktor internal maupun faktor
eksternal.
a) Faktor
Internal
·
Fisiologis.
Informasi
masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan
mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan
sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda
sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
·
Perhatian.
Individu
memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau
memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek.
Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga
berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.
·
Minat.
Persepsi
terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau
perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance
merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari
stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.
·
Kebutuhan yang searah.
Faktor
ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek
atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.
·
Pengalaman dan ingatan.
Pengalaman
dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat
mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam
pengertian luas.
·
Suasana hati.
Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang,
mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat
mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.
b) Faktor
Eksternal
·
Ukuran dan penempatan
dari obyek atau stimulus.
Faktor
ini menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah
untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan
melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada
gilirannya membentuk persepsi.
·
Warna dari obyek-obyek.
Obyek-obyek
yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan
yang sedikit.
·
Keunikan dan
kekontrasan stimulus.
Stimulus
luar yang penampilannya dengan latar belakang dan sekelilingnya yang sama
sekali di luar sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.
·
Intensitas dan kekuatan
dari stimulus.
Stimulus
dari luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan
dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari
suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
·
Motion atau gerakan.
Individu
akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam
jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.
Jenis-Jenis
Persepsi
Ada
beberapa macam bentuk persepsi, antara lain sebagai berikut.
·
Persepsi terhadap
lingkungan fisik
Pesepsi sering mengecohkan kita
itulah yang disebut ilusi perceptual. Kita merasa didunia datar padahal bulat,
kita merasa bumi diam padahal bergerak dengan kecepatan ratusan meter perdetik.
Karena itulah mengapa dalam mempersepsikan lingkungan fisik, kita terkadang melakukan
kekeliruan indera.
·
Persepsi sosial
Persepsi sosial adalah proses
menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam
lingkungan kita. Setiap orang memiliki gambaran berbeda mengenai persepsi sosial.
·
Persepsi berdasarkan pengalaman
Maksudnya adalah kita melakukan
persepsi terhadap pola-pola perilaku manusia berdasarkan persepsi mereka
mengenai realitas yang telah dipelajari. Persepsi manusia terhadap
seseorang,objek, atau kejadian dan reaksi mereka terhadap hal-hal itu dilakukan
berdasarkan pengalaman masa lalu mereka berkaitan dengan orang, objek atau
kejadian serupa.
Aktivitas dalam Persepsi
Berdasarkan
pendapat Kenneth K. Sereno dan Edward M Bodaken aktivitas dalam persepsi
terdiri dari seleksi, organisasi dan interpretasi. Seleksi sendiri mencakup
sensasi dan atensi. Intrepretasi melekat pada organisasi.
a) Sensasi
Sensasi
(pengindraan) merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak lewat penglihatan,
pendengaran, sentuhan, penciuman dan pengecapan. Segala macam rangsangan yang
diterima kemudian dikirimkan ke otak melalui alat – alat panca indra manusia yg
meliputi indra perasa, indra peraba, indra pencium, indra pengecap, dan indra
pendengar. Sensasi tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis atau konseptual
karena berhubungan dengan kegiatan alat panca indra.
Semua
indera itu mempunyai andil bagi berlangsungnya komunikasi manusia. Contoh: Penglihatan
menyampaikan pesan nonverbal ke otak untuk diinterprestasikan. Pendengaran juga
menyampaikan pesan verbal ke otak untuk ditafsirkan. Penciuman, sentuhan dan
pengecapan, terkadang memainkan peranan penting dalam komunikasi, seperti bau
parfum yang menyengat dan jabatan tangan yang kuat. Proses sensasi dimulai
dengan diubahnya informasi oleh alat indra menjadi impuls- impuls syaraf dengan
bahasa yang dipahami oleh otak.
b) Atensi
(perhatian)
Atensi
tidak terelakkan karena sebelum kita merespon atau menafsirkan kejadian atau
rangsangan apa pun, kita harus terlebih dahulu memperhatikan kejadian atau
rangsangan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi mensyaratkan kehadiran
suatu objek untuk dipersepsi orang lain dan diri sendiri, yaitu pemrosesan
secara sadar sejumlah kecil informasi dari sejumlah besar informasi yang
tersedia. Informasi didapatkan dari penginderaan, ingatan dan proses kognitif
lainnya. Proses atensi membantu efisiensi penggunaan sumberdaya mental yang
terbatas yang kemudian akan membantu kecepatan reaksi terhadap rangsang
tertentu. Atensi dapat merupakan proses sadar maupun tidak sadar.
c) Interpretasi
Tahap
terpenting dalam persepsi adalah interpretasi atas informasi yang diperoleh
melalui salah satu atau lebih indera kita. Namun demikian kita tidak bisa
menginterpretasikan makna setiap objek secara langsung, melainkan
menginterpreatasikan makna yang kita percayai mewakili objek tersebut. Jadi
pengetahuan yang diperoleh melalui persepsi bukan pengetahuan mengenai objek
sebenarnya, melainkan pengetahuan mengenai bagaimana tampaknya objek tersebut.
Kekeliruan dan Kegagalan
Persepsi
Persepsi kita sering tidak cermat. Salah satu
penyebabnya adalah asumsi atau
pengharapan kita. Beberapa bentuk kekeliruan dan kegagalan persepsi adalah
sebagai berikut.
1. Kesalahan
Atribusi
Atribusi
adalah proses internal dalam diri kita untuk memahami penyebab perilaku orang
lain. Dalam usaha mengetahui orang lain, kita menggunakan beberapa sumber
informasi. Misalnya, kita mengamati penampilan fisik seseorang, karena faktor
seperti usia, gaya pakaian, dan daya tarik dapat memberikan isyarat mengenai
sifat-sifat utama mereka. Kesalahan atribusi bisa terjadi ketika kita salah
menafsir makna pesan atau maksud perilaku si pembicara Aatribusi kita juga
keliru bila kita menyangka bahwa perilaku seseorang disebabkan oleh faktor
internal, padahal justru faktor eksternal-lah yang menyebabkannya, atau
sebaliknya kita menduga faktor eksternal yang menggerakkan seseorang, padahal
faktor internal-lah yang membangkitkan perilakunya.
2. Efek Halo
Kesalahan
persepsi yang disebut efek halo (halo
effects) merujuk pada fakta bahwa begitu kita membentuk suatu kesan
menyeluruh mengenai seseorang, kesan yang menyeluruh ini cenderung menimbulkan
efek yang kuat atas penilaian kita akan sifat-sifatnya yang spesifik. Efek halo
ini memang lazim dan berpengaruh kuat sekali pada diri kita dalam menilai
orang-orang yang bersangkutan. Bila kita sangat terkesan oleh seseorang karena
kepemimpinannya atau keahliannya dalam suatu bidang, kita cenderung memperluas
kesan awal kita. Bila ia baik dalam satu hal, maka seolah-olah ia pun baik
dalam hal lainnya.
Kesan menyeluruh itu sering kita peroleh dari kesan pertama, yang biasanya berpengaruh kuat dan sulit digoyahkan. Para pakar menyebut hal itu sebagai “hukum keprimaan” (law of primacy). Celakanya, kesan awal kita yang positif atas penampilan fisik seseorang sering mempengaruhi persepsi kita akan prospek hidupnya. Misalnya, orang yang berpenampilan lebih menarik dianggap berpeluang lebih besar dalam hidupnya (karir, perkawinan, dan sebagainya).
Kesan menyeluruh itu sering kita peroleh dari kesan pertama, yang biasanya berpengaruh kuat dan sulit digoyahkan. Para pakar menyebut hal itu sebagai “hukum keprimaan” (law of primacy). Celakanya, kesan awal kita yang positif atas penampilan fisik seseorang sering mempengaruhi persepsi kita akan prospek hidupnya. Misalnya, orang yang berpenampilan lebih menarik dianggap berpeluang lebih besar dalam hidupnya (karir, perkawinan, dan sebagainya).
3. Stereotip
Kesulitan
komunikasi akan muncul dari penstereotipan (stereotyping),
yakni menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan
membentuk asumsi mengenai mereka berdasarakan keanggotaan mereka dalam suatu
kelompok. Dengan kata lain, penstereotipan adalah proses menempatkan
orang-orang dan objek-objek ke dalam kategori-kategori yang mapan atau
penilaian mengenai orang-orang atau objek-objek berdasarkan kategori-kategori
yang dianggap sesuai, alih-alih berdasarkan karakteristik individual mereka.
Beberapa contoh stereotip adalah sebagai berikut :
a) Laki-laki
berpikir logis
b) Wanita
bersikap emosional
c) Orang
Prancis penggemar wanita, anggur, dan makanan enak
d) Orang
Cina pandai memasak
e) Orang
Jawa halus pembawaan
f) Orang
berkaca mata minus jenius, dll.
Pada
umumnya, stereotip bersifat negatif. Stereotip ini tidaklah berbahaya sejauh
kita simpan dalam kepala kita. Akan tetapi bahayanya sangat nyata bila
stereotip ini diaktifkan dalam hubungan manusia. Apa yang anda persepsi sangat
dipengaruhi oleh apa yang anda harapkan. Ketika anda mengharapkan orang lain
berperilaku tertentu, anda mungkin mengkomunikasikan pengharapan anda kepada
mereka dengan cara-cara yang sangat halus, sehingga meningkatkan kemungkinan
bahwa mereka akan berperilaku sesuai dengan yang anda harapkan.
4. Prasangka
Suatu
kekeliruan persepsi terhadap orang yang berbeda adalah prasangka, suatu konsep
yang sangat dekat dengan stereotip. Beberapa pakar cenderung menganggap bahwa
stereotip itu identik dengan prasangka, seperti Donald Edgar dan Joe R. Fagin.
Dapat dikatakan bahwa stereotip merupakan komponen kognitif (kepercayaan) dari
prasangka, sedangkan prasangka juga berdimensi perilaku. Jadi prasangka ini
konsekuensi dari stereotip, dan lebih teramati daripada stereotip. Menurut Ian
Robertson, pikiran berprasangka selalu menggunakan citra mental yang kaku yang
meringkas apapun yang dipercayai sebagai khas suatu kelompok. Sebagaimana
stereotip, prasangka ini alamiah dan tidak terhindarkan. Pengguanaan prasangka
memungkinkan kita mereespon lingkungan secara umum, sehingga terlalu
menyederhanakan masalah.
5. Gegar
Budaya
Menurut
Kalvero Oberg, gegar budaya ditimbulkan oleh kecemasan karena hilangnya
tanda-tanda yang sudah dikenal dan simbol-simbol hubungan sosial. Lundstedt
mengatakan bahwa gegar budaya adalah suatu bentuk ketidakmamapuan menyesuaikan
diri (personality mal-adjustment)
yang merupakan suatu reaksi terhadap upaya sementara yang gagal untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan orang-orang baru. Sedangkan menurut P.
Harris dan R. Moran, gegar budaya adalah suatu trauma umum yang dialami
seseorang dalam suatu budaya yang baru dan berbeda karena harus belajar dan
mengatasi begitu banyak nilai budaya dan pengharapan baru, sementara nilai
budaya dan pengharapan budaya lama tidak lagi sesuai.
PENGERTIAN KONSEPSI DIRI DALAM KOMUNIKASI
Dalam konsep
terdahulu kita melihat bagaimana kita menanggapi perilaku orang lain,
menerangkan sifat- sifatnya, mengambil kesimpulan tentang penyebab perilakunya,
dan lain-lain. Namun, ternyata sekarang ini kita tidak hanya menanggapi orang
lain, kita juga bisa mempersepsi diri kita. Dengan mengamati diri kita,
sampailah kita pada gambaran dan penilaian diri kita. Inilah yang disebut
konsep diri.
William D.
Brooks mendefinisikan bahwa konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita
tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi, sosial,
dan fisik. Konsep diri bukan hanya sekedar gambaran deskriptif, tetapi juga
penilaian Anda tentang diri Anda. Berikut adalah definisi konsepsi diri dari
beberapa ahli :
a) Howard
F. Stein dan Robert F. Hill menyebutkan inti diri
(the core of one’s self)
b) George
De Vos melukiskannya dalam arti sempit sebagai perasaan sinambung dengan masa
lalu, perasaan yang dipupuk sebagai bagian penting definisi diri.
c) George
Herbert Mead mengatakan setiap manusia mengembangkan konsep dirinya melalui
interaksi dengan orang lain dalam masyarakat dan itu dilakukan lewat
komunikasi.
d) Charles
H. Cooley menyebut konsep diri itu sebagai the looking glass self, yang secara
signifikan ditentukan oleh apa yang seseorang pikirkan mengenai pikiran orang
lain terhadapnya, jadi menekankan pentingnya respon orang lain yang
diinterpretasikan secara subjektif sebagai sumber primer data mengenai diri.
e) Teori
Mead tentang konsep diri berlaku bagi pembentukan identitas etnik dalam arti
bahwa konsep diri diletakkan dalam konteks keetnikan, sehingga diri dipandang
spesifik secara budaya dan berlandaskan keetnikan. Konsep diri kita tidak
pernah terisolasi, melainkan bergantung pada reaksi dan respons orang lain.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Konsep Diri
Berikut
adalah faktor yang mempengaruhi konsep diri manusia :
1. Orang
Lain
“Kita
mengenal diri kita dengan mengenal orang lain lebih dahulu. Bagaimana Anda
menilai diri saya, akan membentuk konsep diri saya”, menurut Gabriel Marcel
dalam The Mystery of Being. Sedangkan
Harry Stack Sullivan (1953) menjelaskan bahwa jika kita diterima orang lain,
dihormati, dan disenangi karena keadaan diri kita, kita akan cenderung bersikap
menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya bila orang lain selalu
meremehkan kita, menyalahkan kita, dan menolak diri kita, kita akan cenderung
tidak akan menyenangi diri kita.
Orang-orang
yang dinilai baik oleh orang lain, cenderung memberikan skor nilai yang tinggi
juga dalam menilai dirinya. Dalam perkembangan, semua orang yang mempengaruhi
perilaku, pikiran, dan perasaan kita disebut Significant Others, sedangkan pandangan diri kita tentang
keseluruhan pandangan orang lain terhadap diri kita disebut Generalized Others.
2. Kelompok
rujukan (Reference Group)
Ada
kelompok yang secara emosional mengikat kita, dan berpengaruh terhadap
pembentukan konsep diri kita. Ini yang disebut kelompok rujukan. Dimana dengan
melihat suatu kelompok, seseorang akan mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan
dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya. Setiap kelompok memiliki norma-norma
tertentu yang akan membantu seseorang menyesuaikan perilakunya.
Pengaruh
Konsep Diri Terhadap Komunikasi Interpersonal
Konsep diri
merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi interpersonal, karena
setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya.
Kecenderungan untuk berlaku sesuai dengan konsep diri disebut dengan nubuat
yang dipenuhi sendiri. Menurut William D. Brooks & Philip Emmert ada 4
tanda orang yang memiliki konsep diri negative, yaitu :
1.
Peka pada kritik
2.
Responsif sekali terhadap pujian
3.
Hiperkritis
4.
Cenderung
merasa tidak disenangi orang lain
Selain itu
William & Philip juga memberikan 5 tanda orang yang memiliki konsep diri
positif.
1.
Yakin akan kemampuan mengatasi
masalah
2.
Merasa setara dengan orang lain
3.
Menerima pujian tanpa rasa malu
4.
Mampu memperbaiki diri
5.
Menyadarai bahwa setiap orang memiliki
berbagai perasaan, keinginan, perilaku yang tidak sepenuhnya disetujui oleh
orang lain
Komentar
Posting Komentar