artikel oleh Nur Isna Anugrah

NILAI DASAR YANG TERKANDUNG DI DALAM PANCASILA SECARA KONSEP DAN IMPLEMENTASINYA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA SERTA HUBUNGAN ANTAR SILA-SILANYA

Pancasila. Apa yang terlintas di benak kita saat mendengar kata tersebut? Mayoritas dari kita pasti akan berseru bahwa pancasila adalah dasar negara Indonesia. Lalu, apa itu dasar negara? Untuk apa dasar negara itu? Tentu akan banyak sekali jawaban yang beragam bahkan tidak mengetahui apa makna dasar negara itu sendiri.  Bagi saya sendiri, Dasar negara adalah sebagai pedoman hidup, sumber hukum, dan juga kepribadian bangsa untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan negara. Sebagai pedoman hidup, pancasila yang ditetapkan sebagai Dasar Negara dalam sidang Pleno PPKI tanggal 18 Agustus 1945 ini tak terlepas dari nilai nilai yang terkandung di dalamnya.  Nilai nilai ini lahir dari Proses yang panjang sehingga ditemukan jati diri Bangsa yang didalamnya  tersimpul watak, sifat dan ciri khas bangsa yang berbeda dengan bangsa lain. Lahir, tumbuh dan berkembang dari adat istiadat, tradisi dan budaya sendiri. Dalam sejarahnya pun pancasila mampu berperan menjadi penjaga keseimbangan (margin of appreciation) antara dua ideologi yang bertentangan pada saat itu, Kapitalisme dan komunisme. Hal itu disebabkan karena dalam ideologi pancasila hak-hak individu dan masyarakat diakui secara proporsional.
Sebelum membahas lebih jauh mengenai nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila ada baiknya dibahas dulu apa yang dimaksud dengan nilai itu sendiri. Nilai adalah suatu ide atau konsep tentang apa yang seseorang pikirkan yang merupakan hal yang penting dalam hidupnya. Nilai adalah ide, bisa dikatakan konsep dan bisa dikatakan abstraksi (Sidney Simon: 1986). Nilai merupakan hal yang terkandung dalam hati nurani manusia yang lebih memberi dasar dan prinsip akhlak yang merupakan standar dari keindahan dan efisiensi atau keutuhan kata hati (potensi). Dalam ungkapan lain, ditegaskan oleh Sidney B. Simon (1986) bahwa sesungguhnya yang dimaksud dengan nilai adalah jawaban yang jujur tapi benar dari pertanyaan "what you are really, really, really, want. " (Apa yang benar, benar, benar, benar kamu inginkan).
Pancasila sebagai suatu Dasar Negara adalah merupakan suatu kebulatan. Memang terdiri dari lima, tetapi sila-sila tersebut saling ada hubungannya satu dengan lainnya secara keseluruhan, tidak ada satupun sila yang terpisah dengan yang lainnya.Oleh karena itu dapat diistilahkan “Eka Pancasila”, lima sila dalam satu kesatuan yang utuh.  Setiap sila mengandung, dibatasi dan disifati oleh keempat sila lainnya. Sila-sila yang di depan mendasari dan menjiwai sila-sila yang di belakang, sedang sila-sila yang dibelakang merupakan pengkhususan atau bentuk realisasi dari sila-sila yang di depan, dan dari segi keluasannya sila-sila yang di belakang lebih sempit dari sila-sila yang di muka. Dilihat dari pemahaman ini, maka sila pertama ke-Tuhanan Y.M.E., adalah dasar yang paling umum bagi semua sila yang di belakang, mendasari, dan menjiwai semua sila, sedang semua sila yang kelima merupakan sila yang terkhusus dan merupakan tujuan dari semua sila yang di depan, oleh karena itu rumusannya (redaksinya) berbunyi “… untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Kebhinekaan  atau  pluralitas  masyarakat  bangsa  Indonesia  yang  tinggi,  dimana agama,  ras,  etnik,  bahasa,  tradisi-budaya  penuh  perbedaan,  menyebabkan  ideologi Pancasila  bisa  diterima sebagai  ideologi  pemersatu.  Data  sejarah  menunjukan  bahwa setiap  kali  ada  upaya  perpecahan  atau  pemberontakan  oleh  beberapa  kelompok masyarakat,  maka  nilai-nilai  Pancasilalah  yang  dikedepankan  sebagai  solusi  untuk menyatukan kembali. Begitu kuat dan ‘ajaibnya’ kedudukan Pancasila sebagai kekuatan pemersatu,  maka  kegagalan  upaya  pemberontakan  yang  terakhir  (G30S/PKI)  pada  1 Oktober 1965 untuk seterusnya hari tersebut dijadikan sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Bangsa Indonesia yang plural secara sosiologis membutuhkan ideologi pemersatu Pancasila. Oleh karena itu nilai-nilai Pancasila perlu dilestarikan dari generasi ke generasi untuk  menjaga  keutuhan  masyarakat  bangsa.  Pelestarian  nilai-nilai  Pancasila  dilakukan khususnya lewat proses pendidikan formal, karena lewat pendidikan berbagai butir nilai Pancasila tersebut dapat disemaikan dan dikembangkan secara terencana dan terpadu.
Seperti yang saya jelaskan di atas, Masing-masing sila mengandung nilai-nilai yang menjadi pedoman bagi bangsa Indonesia untuk mengamalkan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ada 36 butir pengamalan Pancasila seperti yang tertuang dalam P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) pada TAP MPR No. II/MPR/1978. Menurut TAP MPR No. II/MPR/1978, Pancasila disebut Ekaprasetia Pancakarsa. Ekaprasetia Pancakarsa berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya “Tekad Tunggal untuk melaksanakan kehendak”. Namun kemudian Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetia Pancakarsa) dalam TAP MPR No. II/MPR/1978 dinyatakan tidak berlaku lagi setelah dikeluarkannya TAP MPR No. XVIII/MPR/1998. Dalam TAP MPR No. XVIII/MPR/1998 ini terdapat 45 butir pengamalan Pancasila. Berikut ini 45 Butir Pengamalan Pancasila yang patut kita amalkan dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat:

A.    Ketuhanan Yang Maha Esa
1.      Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2.      Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3.      Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4.      Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5.      Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6.      Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7.      Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
B.     Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
1.      Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2.      Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3.      Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4.      Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5.      Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6.      Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7.      Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8.      Berani membela kebenaran dan keadilan.
9.      Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10.  Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
C.    Persatuan Indonesia
1.      Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2.      Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
3.      Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4.      Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5.      Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
6.      Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7.      Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
D.    Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
1.      Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
2.      Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3.      Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4.      Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5.      Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
6.      Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7.      Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
8.      Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9.      Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10.  Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.
E.     Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
1.      Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2.      Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3.      Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4.      Menghormati hak orang lain.
5.      Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6.      Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
7.      Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
8.      Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
9.      Suka bekerja keras.
10.  Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11.  Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Pancasila tidak akan memiliki makna tanpa pengamalan. Pancasila bukan sekedar simbol persatuan dan kebanggaan bangsa. Tetapi, Pancasila adalah acuan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, kita wajib mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Tingkah laku sehari-hari kita harus mencerminkan nilai-nilai luhur Pancasila. Untuk mengamalkan Pancasila kita tidak harus menjadi aparat negara. Kita juga tidak harus menjadi tentara dan mengangkat senjata. Kita dapat mengamalkan nilai-nilai Pancasila di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Kita dapat memulai dari hal-hal kecil dalam keluarga. Misalnya melakukan musyawarah keluarga. Setiap keluarga pasti mempunyai masalah. Nah, masalah dalam keluarga akan terselesaikan dengan baik melalui musyawarah. Kita  dapat belajar menyatukan pendapat dan menghargai perbedaan dalam keluarga. Biasakanlah melakukannya dalam keluarga.
Dalam lingkungan kuliah pun kita harus membiasakan bermusyawarah. Hal ini penting karena teman-teman kita berbeda-beda. Pelbagai perbedaan akan lebih mudah disatukan bermusyawarah. Permasalahan yang berat pun akan terasa ringan. Keputusan yang diambil pun menjadi keputusan bersama. Hal itu akan mempererat semangat kebersamaan di kampus. Tanpa musyawarah, perbedaan bukannya saling melengkapi. Tetapi, justru akan saling bertentangan. Oleh karena itu, kita harus terbiasa bermusyawarah di sekolah. Kerukunan hidup di lingkungan sekolah akan terjaga. Dengan demikian, kita tidak akan kesulitan menghadapi dalam lingkungan yang lebih luas.
Pengamalan pancasila dapat diterapkan dalam rangka menghargai perbedaan karena Pancasila dirumuskan dalam semangat kebersamaan. Salah satunya terwujud dalam sikap menghargai perbedaan. Perbedaan pendapat tidak menjadi hambatan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Berikut ini merupakan sikap yang harus kita tiru. Pada waktu itu bangsa Indonesia belum memiliki dasar negara. Tetapi, sikap para tokoh telah mencerminkan semangat kebersamaan dan jiwa ksatria. Mereka bersedia menerima perbedaaan apa pun ketika proses perumusan dasar negara berlangsung. Nah, sekarang kita telah memiliki Pancasila sebagai dasar negara yang kuat. Kekuatan Pancasila telah terbukti selama berdirinya negara Indonesia. Pancasila mampu menyatukan seluruh bangsa Indonesia. Pancasila juga mampu bertahan menghadapi rongrongan pemberontak. Oleh karena itu, kita harus bangga memiliki dasar negara yang kuat. Kita harus dapat mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah menghargai perbedaan. Kita harus memiliki sikap menghargai perbedaan seperti dalam perumusan Pancasila. Kita harus menyadari bahwa negara kita terdiri atas beragam suku bangsa. Setiap suku Bangsa memiliki ragam budaya yang berbeda. Perbedaan suku bangsa dan budaya bukan menjadi penghalang untuk bersatu. Tetapi, justru perbedaan itu akan menjadikan persatuan negara kita kuat seperti Pancasila.
Mengamalkan pancasila sebagai pandangan hidup bangsa (falsafah hidup bangsa) berarti melaksanakan pancasila dalam kehidupan sehari-hari, menggunakan pancasila sebagai petunjuk hidup sehari-hari, agar hidup kita dapat mencapai kesejahteraan lahir dan batin. Pengamalan pancasila dalam kehidupan sehari-hari ini adalah sangat penting karena dengan demikian diharapkannya tata kehidupan yang serasi dan harmonis. Pengamalan pancasila secara utuh (5 sila) tersebut adalah merupakan menjadi syarat penting bagi terwujudnya cita-cita kehidupan berbangsa dan bernegara.
Selain membahas implementasi, Saya juga akan membahas hubungan antar sila satu dan sila lainnya di dalam pancasila, meliputi :
1.      Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, meliputi dan menjiwai sila-sila II,III, IV,V. (Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah Ketuhanan yang berkemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan, dan berkadilan sosial)
2.      Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, diliputi dan dijiwai oleh sila pertama dan meliputi serta menjiwai sila-sila III, IV, V. (Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kemanusiaan yang berketuhanan, berpersatuan, berkerakyatan, dan berkadilan sosial)
3.      Sila Persatuan Indonesia, diliputi dan dijiwai oleh sila I, II dan meliputi serta menjiwai sila-sila IV,V. (Persatuan Indonesia adalah persatuan yang ber-Ketuhanan, berkemanusiaan, berkerakyatan, dan berkadilan sosial. )
4.      Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dilputi dan dijiwai sila I,II,III, dan meliputi serta menjiwai sila V. (Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan adalah kerakyatan yang ber-Ketuhanan,berkemanusiaan, berpersatuan, dan berkadilan sosial)
5.      Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, diliputi dan dijiwai oleh sila I,II,III,IV. (Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia adalah kadilan yang ber-Ketuhanan yang berkemanusiaan, berpersatuan,dan berkerakyatan)
Lebih jelasnya akan saya jabarkan sebagai berikut :
1.      Sila pertama adalah jiwa pancasila, Sebagai jiwa yang menghidupi sila sila lainnya, sila pertama menduduki hirarki tertinggi dan sila lainya tidak boleh bertentangan dengan sila ini. Dengan kata lain agar sila sila lainnya bisa dilaksanakan dengan benar, maka sila kesatu ini harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Sila satu adalah inti kehidupan beragama, dan dasar dalam kehidupan bernegara. Sebagai dasar negara, maka setiap pengelola negara wajib beragama dan menjelaskan dengan benar sebagai pembuktiannya. Sila satu memberikan benang merah   secara jelas antara agama dan pancasila. Ruang lingkup agama mencakup seluruh kehidupan lahir batin, dunia akhirat. Sedangkan pancasila khusus dibentuk untuk kehiduan berbangsa dan bernegara
2.      Kedudukan sila dua adalah dibawah sila satu. Oleh karena iu rasa kemanusiaan tidaklah boleh bertentangan dengan rasa ketuhanan. Dan bila dipandang dari arah sila kesatu, maka prinsip ketuhanan mustahil bertentangan dengan rasa kemanusiaan, karena semua agama pasti menjunjung tinggi  nilai nilai kemanusiaan. Jika terjadi pertentangan maka itu pasti kesalahan manusia dalam menafsirkannya. Sebagai dasar pembentuk negara, sila kedua bersifat melengkapi sila kesatu. Heteroginitas yang sangat tinggi di Indonesia, terutama dalam kehidupan bernegaranya, membutuhkan sila kedua sebagai katalisator. Sila kedua juga mempermudah transformasi cara hidup berketuhanan yang cenderung personal.
3.      Sila ketiga bertujuan membangkitkan jiwa nasionalisme, persatuan, serta cinta tanah air. Hasil yang ingin dicapai adalah indonesia bersatu dalam segala aspeknya, beserta manusianya yang rela mengorbankan kepentingan partai, golongan, suku, keluarga, bahkan jiwa raganya demi negara. Semua iu dicapai tanpa mengabaikan sila kesatu dan kedua sebagai sila yang lebih tinggi. Persatuan indonesia menduduki hirarki tertinggi dibandingkan dengan persatuan apapun di indonesia ini. Siapa saja yang mengorbankan kepentingan negara demi sesuatu yang lebih rendah, terlebih kepentingan diri sendiri, dalam bentuk korupsi, kolusi, dan nepotisme atau bentuk apapun juga, adalah pengkhianat bangsa dan harus dijatuhi hukuman sebera-beratnya.
4.      Sila keempat adalah sila yang paling krusial dalam pancasila, paling dinamis, dan paling berpotensi dengan permasalahan. Sila keempat adalah sila kritikal, yang menentukan tercapainya dari sila kelima. Jika sila keempat tidak dilaksanakan dengan benar maka sila kelima yang merupakan tujuan pancasila tidak akan pernah tercapai. Keberhasilan dari sila keempat sangat tergantung dari sila-sila sebelumnya. Jika sila sila sebelumnya juga tidak dilaksanakan dengan baik maka sila keempat pun tidak akan tercapai ujuannya.
5.      Sila kelima adalah tujuan dari Negara Indonesia. Output dari pancasila. Kedudukan sila kelima paling akhir dibandingkan sila sila lainnya mengingat sila kelima adalah tujuan yang ingin dicapai oleh sila sila sebelumnya, maka sila kelima menjadi batasan atau panduan agar Negara tetap fokus dengan tujuannya. Sekali lagi, sila kelima adalah tujuan yang ingin dicapai oleh Negara Indonesia yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Sila ini menjadi tolak ukur keberhasilan para pengelola negara.

Akhir kata, saya pribadi sangat berharap Pancasila sebagai dasar negara kita dapat diimplementasikan secara sempurna dari ruang lingkup kehidupan terkecil seperti keluarga, masyarakat, sampai kehidupan berbangsa dan bernegara agar cita-cita bangsa indonesia untuk merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur tercapai. 

Komentar

Postingan Populer